Kamis, 08 Jun 2017 - 06:41:00 WIB - Viewer : 5932

Frekuensi serangan siber meningkat 380 persen pada tahun ini

Ed : Feri Yuliansyah

AMPERA.CO, Hongkong - Frekuensi serangan siber mengalami peningkatan luar biasa sebanyak 380 persen dalam kuartal pertama tahun 2017 berbanding periode yang sama tahun lalu, sebut laporan serangan siber (threat report) yang dirilis oleh Nexusguard.

Menurut laporan yang diterbitkan setiap kuartal ini, serangan siber atau yang dikenal dengan nama denial of service (DDoS), tercatat terjadi 16.600 serangan pada tahun ini.

Ini menunjukkan para hacker atau peretas bekerja tanpa henti dengan record terpanjang sepanjang hari pada hari Valentine, Tahun Baru Imlek dan beberapa hari tertentu yang biasanya sangat tenang sepanjang tahun.

Selain itu, serangan HTTP Flood juga mengalami peningkatan 147 persen pada kuartal yang sama, dengan tujuan menembus lapisan aplikasi suatu sistem.

Serangan tersebut bahkan melebihi serangan-serangan yang lebih umum dengan target pada TCP, DNS maupun elemen lain pada sistem TI. Dengan banyaknya serangan (93%) yang memanfaatkan kelemahan pada aplikasi maupun elemen lain sistem TI, badan maupun perusahan yang belum melakukan upgrade sistem TI mereka pada mekanisme pertahanan multi lapis sangat rentan terhadap ancaman yang sangat membahayakan ini. 

Penggunaan teknologi Internet of Things (IoT) yang semakin jamak juga turut memberikan kesempatan bagi para peretas untuk melakukan serangan melalui berbagai gawai dan koneksi yang lemah, seperti yang terlihat melalui serangan-serangan skala besar dalam beberapa bulan pertama di tahun 2017.

Nexusguard telah mengumpulkan berbagai data serangan DDoS melalui botnet scanning, honeypot, ISP dan lalu lintas antara peretas dan target yang meliputi perorangan maupun industri.

Melihat meningkatnya jumlah serangan dalam tenggang waktu yang lebih panjang dengan frekuensi yang semakin sering, Nexusguard sangat menganjurkan penggunaan metode multi lapis agar sistem TI tidak kewalahan menghadapi berbagai serangan DDoS. 

"IoT botnet hanyalah babak awak dari bentuk serangan baru siber. Para peretas memiliki kemampuan melakukan serangan skala besar, secara terus-menerus. Selain itu tim TI juga harus siap menghadapi serangan yang menggunakan kombinasi aspek volumetrik dan aplikasi," kata Juniman Kasman, chief technology officer Nexusguard.

"Data pada kuartal pertama tahun 2017 menunjukkan pentingnya penerapan sistem pertahanan multi lapis dengan sumber daya yang intelijen, jaringan scrubbing tambahan (redundant) dan sistem keamanan 24 jam dalam menghadapi jenis serangan baru ini." 

Menurut para pengamat dari Nexusguard, AS memiliki jumlah terbanyak serangan DDoS, yaitu sebanyak 23 persen dari seluruh jumlah serangan. Dengan semakin banyaknya rumah-rumah menggunakan gawai yang dapat dikendalikan melalui aplikasi atau situs web, pengamat meramalkan para peretas akan melihat hal ini sebagai kesempatan membajak alamat IP dengan sistem keamanan yang lemah untuk melakukan serangan-serangan baru skala besar yang lebih canggih.

    Simak Berita lainnya seputar topik artikel ini :

  • it
  • tekno