Selasa, 05 Nov 2019 - 14:16:00 WIB - Viewer : 6592

Kesehatan Mental: Bolehkan Diagnosa Dilakukan Sendiri?

Oleh : Akila Labiba*

ilustrasi. insert : Akila Labiba

Kemudahan dalam mencari informasi melalui internet memang sangat menguntungkan bagi masyarakat umum. Hal ini mendorong masyarakat tergoda untuk mencari jawaban akan masalah yang mereka hadapi, dalam hal ini mengenai kesehatan mental. Mendiagnosis diri sendiri ialah proses mendiagnosis penyakit yang dialami, baik secara fisik maupun mental, yang didasari pengalaman masa lalu ataupun melalui informasi yang tersedia di internet maupun buku. Internet terbukti dapat memberikan beragam informasi yang diinginkan, akan tetapi apabila seseorang menggunakan internet untuk mencari informasi mengenai kesehatan dikhawatirkan dapat terjadi penyalah-artian informasi.

Diagnosis pada diri sendiri (Self diagnose) dapat membawa dampak buruk pada masyarakat. Diagnosis pada diri sendiri dapat dilatar belakangi oleh pikiran bahwa kitalah yang paling mengerti akan diri kita sendiri. Hal ini kadang kala membuat seseorang merasa apa yang sedang terjadi pada dirinya adalah hal yang sepele sehingga tidak membutuhkan penanganan professional. Sedangkan disisi lain, seseorang dapat melebih-lebihkan kondisinya sehingga dapat terjadinya kepanikan yang berlebihan.

Srini Prillay M.D., seorang pakar kesehatan mental yang dilansir dari Psychology Today mengatakan ketika seseorang melakukan self diagnose, perkiraan yang didapat bukanlah hasil diagnosis yang tepat. Contohnya, orang yang memiliki kecenderugan perubahan suasana hati atau mood swing sering berpikir jika mereka menderita penyakit depresi atau bahkan gangguan bipolar. Padahal mood swing juga merupakan tanda-tanda yang diderita orang dengan gangguan lain seperti gangguan kepribadian ambang atau borderline personality disorder. Perlu diketahui penanganan bipolar dan borderline itu jauh berbeda.

Sebagai seorang psikiater, dr. Jiemi Ardian menyampaikan dalam website peibadinya bahwa salah satu hal yang paling berbahaya adalah terjadinya psycological syndromes, yaitu keadaan dimana diagnosis medis yang sebenarnya luput karena gelaja psikiatri yang dirasakan. Contohnya saat seseorang merasa menderita gangguan panik, padahal jika dilakukan pemeriksaan bisa jadi itu adalah hipertiroid atau detak jantung yang tidak teratur. Bahkan yang lebih seius lagi adalah fakta jika gangguan jiwa yang dikategorikan berat seperti perubahan kepribadian atau psikosis merupakan efek adanya tumor pada otak.

Lalu mengapa informasi tersedia secara online?

Mencari informasi mengenai masalah kesehatan yang dihadapi dapat melalui internet maupun sumber lainnya seperti buku. Situs web yang menyajikan berbagai informasi mengenai kesehatan mental dan gangguan mental dapat membantu masyarakat untuk mengetahui tanda-tanda dari gangguan mental, jenis perawatan yang ada, dan membuat kita untuk terhubung dengan berbagai praktisi maupun komunitas yang dapat membantu kita. Keputusan seseorang setelah mencari informasi mengenai keadaan mentalnya ialah perlu penindak lanjutan dengan mendatangi psikiater yang dapat memberikan diagnosis yang akurat dan sesuai dengan kondisi.

Seperti yang dikatakan oleh dr. Jiemi Ardian, “Benar bahwa pasien lah yang paling mengerti apa yang dirasakan oleh dirinya, namun terkadang pasien butuh seseorang untuk melihat dan mengerti lebih jelas apa yang mereka alami yaitu seorang professional kesehatan mental”. Sehingga mulai lah untuk berhenti melakukan diagnosis diri sendiri dan bergerak untuk mencari pertolongan yang tepat agar kejadian yang fatal dapat dihindari.

*Penulis adalah Mahasiswa Jurusan  Ilmu Kesehatan Masyarakat Universitas Sriwijaya