Sabtu, 20 Agu 2016 - 14:45:00 WIB - Viewer : 16832

Kisah Nyata DRACULA yang Harus Kamu Ketahui (1)

AMPERA.CO - Apa yang kamu bayangkan ketika mendengar kata Dracula? Umumnya yang terbayang adalah sosok menyeramkan dengan taring tajam yang haus darah. Sebuah imajinasi mengerikan dari khayalan Bram Stoker dalam novelnya yang berjudul Dracula.

Imajinasi Bram Stoker ini ternyata telah mencuci otak jutaan manusia sehingga tidak menyadari realita sejarah sebenarnya. Ini ditambah lagi dengan film-film yang muncul yang menjadikan sosok Dracula menjadi lebih kabur.

Pembajakan sejarah telah terjadi, dan itu dilakukan Barat yang berusaha menutupi aibnya karena khawatir terbaca dalam catatan historis peradaban dunia. Akhirnya, sosok Dracula yang dalam kehidupan nyatanya sangat akrab dengan perang Salib didistorsi sehingga mengesankan bahwa dracula adalah tokoh fiktif yang tidak pernah muncul dalam pentas sejarah. Sosok kejam, pembantai umat Muslim paling sadis, mereka gambarkan sebagai manusia haus darah dan hanya bisa ditumpas dengan salib dan bawang merah. 

Tahun 2014 lalu, muncul kembali film yang membajak sejarah berjudul "Dracula Untold" yang mengisahkan tentang Vlad Tepes atau Vlad III (sosok Dracula), seorang ksatria hebat yang sedang berkuasa di Transylvania yang harus menghadapi seorang sultan jahat yang mengancam seluruh orang di desanya, yang memintanya untuk menyerahkan 1.000 laki-laki untuk dijadikan pasukan khusus bagi Sultan Mehmed II (menggambarkan sosok Sultan Muhammad Al Fatih).

Lagi-lagi cara barat yang ingin memutar sejarah dengan cara mencitrakan sosok Sultan Al Fatih sebagai sosok pemimpin yang bengis. 

Lalu, seperti apa cerita sebenarnya?

Hyphatia Cneajna lewat bukunya yang berjudul “Dracula, Pembantai Umat Islam Dalam Perang Salib” mengupas tuntas siapa sebenarnya Dracula. Dalam buku ini dipaparkan bahwa Dracula adalah pangeran Wallachia, keturunan Vlad Dracul.

Nama aslinya Vlad Tepes (dibaca Tse-pesh). Dia lahir sekitar bulan Desember 1431 M di Benteng Sighisoara, Transylvania, Rumania. Ia anak kedua dari ayahnya yang bernama Basarab (Vlad II), yang terkenal dengan sebutan Vlad Dracul, karena keanggotaannya dalam Orde Naga, melalui istrinya yang bernama Cnejna, putri dari Moldavian.

Dalam bahasa Rumania, Dracul berarti naga. Sedangkan akhiran ulea artinya ”anak dari”. Dari gabungan kedua kata itu, Vlad Tepes dipanggil dengan nama Vlad Draculea (dalam bahasa Inggris dibaca Dracula), yang berarti anak dari sang naga.

Sang ibu memang memberikan kasih sayang dan pendidikan bagi Dracula. Namun itu tidak cukup untuk menghadapi situasi mencekam di Wallachia (sekarang bagian dari Rumania) saat itu. Pembantaian sudah menjadi tontonan harian. Seorang raja yang semalam masih berkuasa, di pagi hari kepalanya sudah diarak keliling kota oleh para pemberontak.

Vlad II Dracul naik takhta Pada tahun 1436 namun kemudian digulingkan pada 1442 oleh faksi saingannya yang bersekutu dengan Hongaria, namun dia berhasil mendapatkan mendapatkan takhtanya kembali setelah mendapat jaminan dari kesultanan Ottoman.

Ketika itu, kerajaan Turki Ottoman yang mewakili Islam terlibat peperangan dengan Kerajaan Hongaria yang mewakili Kristen. Kedua kerajaan besar itu saling mengalahkan demi mempertahankan atau merebut wilayah kekuasaan, baik yang berada di Eropa maupun Asia. Puncaknya, Konstantinopel yang menjadi pusat sekaligus benteng pertahanan Kristen jatuh ke tangan Turki Ottoman yang dipimpin Sultan Mahmud II pada tahun 1453 M.

Sebagai jaminan kesetiaannya kepada kerajaan Turki Ustmani yang telah membantunya merebut kembali tahta Wallachia, sang ayah mengirimkan Dracula bersama adiknya, Radu, ke Turki untuk dididik dalam logika, Islam, dan bahasa Turki serta karya sastra. Saat dikirim ke turki, usia dracula sekitar 11 tahun.

Selama di Turki, meskipun mendapatkan pendidikan, Vlad sama sekali tidak senang berada di tangan Turki. Dia marah dan sangat cemburu kepada adik kecilnya, yang segera mendapat julukan Radu cel Frumos, atau Radu yang Tampan, yang berperilaku baik, memeluk islam, dan bersahabat dengan anak Sultan Murad II, Mehmed II (kemudian dikenal dengan nama Al-Fatih atau "Sang Penakluk"), dan diperkenankan masuk ke dalam pergaulan kesultanan Ottoman dan menyandang gelar Bey.

Meski di masa kecilnya Dracula hidup di lingkungan Islam sebagai bukti kesetiaan Vlad II terhadap Turki Ottoman, pendidikan Islam sama sekali tidak masuk ke dalam jiwanya. Justru ia hanya senang belajar ilmu perang dan mencuri waktu untuk melihat eksekusi hukuman mati di alun-alun.

Begitu senangnya dia melihat kepala-kepala tanpa badan dipancang di ujung tombak sampai-sampai sehari saja tidak ada hukuman mati, dia segera menangkap burung atau tikus, kemudian menyiksanya dengan tombak kecil sampai mati.

Dengan status Muslimnya, Dracula mempunyai kesempatan belajar kemiliteran pada para prajurit Turki yang terkenal andal dalam berperang. Dalam waktu singkat dia bisa menguasai seni berperang Turki, bahkan melebihi prajurit Turki lainnya.

Hal ini menarik perhatian Sultan Mehmed II (Muhammad Al-Fatih). Hingga pada tahun 1448 M, menyusul kematian ayah dan kakaknya, Mircea, yang dibunuh dalam kudeta yang diorganisir Janos Hunyadi, Kerajaan Turki mengirim Dracula untuk merebut Wallachia dari tangan salib Kerajaan Hongaria. Saat itu Dracula berusia 17 tahun.

Bersambung Kisah Nyata DRACULA yang Harus Kamu Ketahui (2)

editor : Feri Yuliansyah

dari berbagai sumber