Minggu, 26 Apr 2015 - 13:56:30 WIB - Viewer : 5852
Korban Tewas Gempa Nepal diperkirakan Terus Bertambah
AMPERA.CO, Kathmandu, Nepal- Pemerintah Nepal meningkatkan upaya untuk menyelamatkan korban gempa yang masih terjebak dalam reruntuhan bangunan yang ambruk setelah guncangan gempa dasyat menghancurkan lembah Kathmandu sabtu kemarin. Gempa itu juga memicu longsor mematikan di Gunung Everest.
Gempa berkekuatan 7,9 tersebut menguncang pada Sabtu tengah hari pada jam sibuk. Kementerian dalam negeri Nepal menyebutkan Data terakhir jumlah korban tewas mencapai 1.805, dengan sekitar 4.700 orang lainnya terluka. Setidaknya 300 orang tewas di Ibukota Kathmandu. Jumlah korban tewas diperkirakan akan terus bertambah setelah penyelamatan semalam terhambat oleh sejumlah gempa susulan yang kuat, jalan raya yang terputus dan kurangnya peralatan.
Kota Kathmandu berpenduduk sekitar 1 juta orang dengan rumah-rumah yang umumnya sudah tua, berdinding tipis dan berdempetan.
Gempa bumi itu, yang berpusat sekitar 80 kilometer di sebelah timur Kota Pokhara, kota kedua terbesar di negara itu, sangat merusak karena tergolong dangkal.
Kantor berita Reuters melaporkan, di banyak tempat orang-orang menggunakan tangan kosong untuk menggali para korban yang berada di reruntuhan bangunan yang ambruk itu. Operasi penyelamatan di sejumlah kota di beberapa daerah terpencil bahkan belum dimulai.
Pemerintah Nepal pun telah meminta negara-negara lain untuk mengirim bantuan.
"Kami membutuhkan dukungan dari berbagi lembaga internasional untuk menghadapi keadaan darurat yang sedang kami hadapi sekarang," kata Menteri Informasi Nepal Minendra Rijal.
Reuters melaporkan, jenazah menumpuk di salah satu rumah sakit di Kathmandu, di mana polisi Sudan Shreshtha mengatakan bahwa timnya semalam telah membawa 166 jenazah. "Saya lelah dan letih, tetapi saya harus bekerja dan memiliki kekuatan," kata Shreshtha saat sebuah mobil ambulans membawa tiga korban ke Teaching Hospital Tribhuvan University.
Jenazah-jenazah itu ditumpuk di ruangan gelap di rumah sakit tersebut. Beberapa ditutupi kain tetapi beberapa yang lain dibiarkan terbuka. Jenazah seorang anak berusia sekitar tujuh tahun terlihat tergeletak, setengah wajahnya hilang dan perutnya membengkak seperti bola. Bau anyir kematian sangat menyengat.
Di luar rumah sakit, seorang perempuan 30 tahun yang sudah menjadi janda meratap, "Oh Tuhan, oh Tuhan, kenapa Kau hanya mengambil dia. Bawalah saya bersama dia juga?"
Pihak berwenang berupaya untuk menyediakan tempat penampungan di Ibukota Kathmandu bagi ribuan orang yang menghabiskan malam di luar rumah dalam suhu beku dan hujan. Mereka terlalu takut untuk kembali ke rumah mereka yang rusak. Minggu pagi, orang berkerumun di sekitar taman dan jalan-jalan yang penuh dengan puing-puing.
Pemerintah berencana untuk mendirikan tenda-tenda dan mengubah sekolah serta bangunan umum lainnya menjadi tempat penampungan, kata Rameshwor Dangal, pejabat di kementerian dalam negeri. Pihaknya juga akan membuka kembali jalan-jalan dan mengirim helikopter untuk menyelamatkan orang-orang.
Di antara landmark Ibukota Kathamndu yang hancur dalam gempa bumi adalah Dharahara Tower setinggi 60 meter, yang dibangun tahun 1832 untuk ratu Nepal.
Kelompok bantuan internasional telah menyiapkan staf untuk pergi ke Nepal guna membantu menyediakan air bersih, sanitasi dan makanan darurat, sementara Amerika Serikat, Inggris dan Pakistan termasuk di antara negara-negara yang menyediakan para ahli pencarian dan penyelamatan.
India, negara tetangga Nepal, di mana 44 orang dilaporkan tewas dalam gempa itu dan sejumlah gempa susulan, mengirim pesawat militer, peralatan medis dan tim bantuan ke Nepal. India juga mengatakan telah mengirimkan 285 anggota pasukan tanggap bencananya.
Di Tibet, jumlah korban tewas naik menjadi 17, menurut sebuah tweet dari kantor berita China, Xinhua.
Nepal, yang terletak di antara India dan China, sering dilanda bencana alam. Gempa terburuk di negara itu terjadi tahun 1934 yang menewaskan lebih dari 8.500 orang.(*)