Jumat, 04 Des 2020 - 04:37:00 WIB - Viewer : 8220
Menakar Kekuataan Ancaman Benny Wenda & Habieb Rizieq Bagi Pemerintahan Jokowi
Nama Benny Wenda, ketua ULMWP (Persatuan Gerakan Pembebasan Papua Barat/United Liberation Movement for West Papua) mendadak kembali menjadi populer dalam beberapa hari terakhir ini, karena mendeklarasikan pembentukan pemerintahan sementara West Papua (yang mencakup wilayah Provinsi Papua & Papua Barat), ditengah hiruk pikuk arus informasi tentang sikap dan langkah Pemerintahan Joko Widodo yang menganggap kembalinya Habib Rizieq Shihab (HRS) ke Indonesia bisa menjadi ancaman yang potensial bagi Pemerintahnya saat ini.
Banyak masyarakat yang menyayangkan langkah tegas dan agresif pemerintahan jokowi kepada HRS yang notabene secara tegas menyatakan tidak akan memberontak kepada Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) sementara kehadiran Benny Wenda yang mem-proklamirkan kemerdekaan Papua Barat dan dianggap jelas-jelas makar, malah dihadapi oleh pemerintah dengan santai.
Bagi pandangan orang awam, ini bisa jadi indikasi bahwa pemerintahan Jokowi terlalu sibuk mengurusi ancaman yang bersifat politik ketimbang ancaman negara yang sesungguhnya. Lantas, benarkah indikasi tersebut tengah terjadi? Sejauh mana kekuatan ancaman dua nama diatas bagi pemerintahan jokowi saat ini?
Untuk dapat mengetahui seberapa besar kekuatan kedua tokoh kita diatas, maka dapat dianalisis dengan teori ancaman yang dapat dipelajari dari buku berjudul “Handbook of Scientific Methods of Inquiry for Intelligence Analysis” yang ditulis oleh Hank Prunckun (2010). Dikatakan bahwa yang dimaksud dengan teori ancaman adalah
T (Threat)= I (Intention) x C (Capability) x C (Circuumstances).
Intention atau niat terdiri dari desire (keinginan) dan expectation (harapan), sedangkan Capability atau kapasitas/kemamapuan terdiri dari ilmu pengetahuan (knowledge) dan sumber daya (resources), dikali Circuumstances yang merupakan kondisi khusus yang berkaitan dengan seseorang atau situasi terkini.
Langkah selanjutnya untuk mengetahui apakah Benny Wenda dan HRS benar-benar sebagai ancaman atau tidak adalah dengan menggunakan fishbone analysis. Dalam langkah ini, diuraikan unsur-unsur atau data atau keterangan yang berhubungan dengan desire dan expectation, termasuk diuraikan fakta atau data yang menggambarkan knowledge dan resources yang dimiliki masing-masing saat ini.
Langkah terakhirnya adalah memberikan skala koefisien ancaman terdiri dari ancaman tersebut berskala dapat diabaikan (negligible), minimum, medium, tinggi (high) dan serius (acute). Skala negligible dengan koefisien 4-6; Skala minimum 7-10; Skala Medium 11-15; Skala tinggi 16-18; dan skala serius (acute) 19-20. Pemberian skornya tergantung dari informasi yang diperoleh dari berbagai sumber di lapangan.
Asssessment terhadap kekuatan ancaman Benny & HRS
Assessment yang dilakukan oleh penulis untuk mengukur kekuatan ancaman kedua tokoh diatas jelas hanya bersandar kepada berbagai sumber terbuka (pemberitaan media massa cetak, buku ataupun media massa online). Assessment ini untuk diberikan skala terkait kekuatan ancaman masing-masing itu masuk kategori serius atau dapat diabaikan. Adapun penilaian skala nilai dan jumlah nilai skala koefisien ancaman didasarkan kepada teori ancaman yang secara ringkas diterangkan diatas.
Untuk Pengukuran Intention (niat) yang terdiri dari desire (keinginan) dan expectation (harapan), penulis memakai 4 indikator yakni 1. Keinginan Melawan Pemerintah dan aparat, 2 Keinginan Mengganti Pemerintah, 3. Makar / Separatisme, 4. Mengganggu Pembangunan.
Dengan menggunakan sumber informasi terbuka (sumber berita media dan literature lainnya), untuk pengukuran intension, Benny Wenda (Skor 14) lebih berpotensi mengancam Pemerintah dibandingkan HRS (skor 10), walaupun jumlah koefisien ancamannya tidak terlalu jauh berbeda.
No |
Desire & Expectation |
Skala 1 - 5 |
Jumlah |
Remark |
||||
|
BENNY WENDA |
1 |
2 |
3 |
4 |
5 |
|
|
1 |
Melawan Pemerintah / TNI / POLRI |
|
|
|
|
5 |
|
|
2 |
Mengganti Pemerintah |
|
2 |
|
|
|
|
|
3 |
Separatisme / Makar |
|
|
|
|
5 |
|
|
4 |
Menggangu Pembangunan |
|
2 |
|
|
|
|
|
|
Jumlah Koefesien Ancaman |
|
|
|
|
|
14 |
Medium |
No |
Desire & Expectation |
Skala 1 - 5 |
Jumlah |
Remark |
||||
|
HABIEB RIZIEQ |
1 |
2 |
3 |
4 |
5 |
|
|
1 |
Melawan Pemerintah / TNI / POLRI |
|
|
3 |
|
|
|
|
2 |
Mengganti Pemerintah |
|
|
3 |
|
|
|
|
3 |
Separatisme / Makar |
|
2 |
|
|
|
|
|
4 |
Mengganggu Pembangunan |
|
2 |
|
|
|
|
|
|
Jumlah Koefesien Ancaman |
|
|
|
|
|
10 |
Minimum |
Untuk Pengukuran Capability atau kapasitas/kemamapuan terdiri dari ilmu pengetahuan (knowledge) dan sumber daya (resources), penulis memakai 4 indikator yakni 1. Pengetahuan & Pengusaan Wilayah, 2 Dukungan Masyarakat & Opini Media 3. Memiliki Basis Massa, 4. Memiliki Sayap Politik.
Dari data yang penulis nilai dan analisa, skala ancaman yang ditimbulkan oleh Benny Wenda (skor 10) masih tergolong minim karena tidak ada pengusaan wilayah dan tidak didukung oleh faksi lain OPM (TPNPB-OPM), terlebih Benny Wenda tinggal di Inggris, bukan di Papua. Meskipun hal ini tetap harus diwaspadai mengingat ancaman ini bisa berpotensi naik ke skala maksimum.
No |
Pengetahuan & Sumber Daya |
Skala 1 - 5 |
Jumlah |
Remark |
||||
|
BENNY WENDA |
1 |
2 |
3 |
4 |
5 |
|
|
1 |
Pengetahuan & Pengusaan Wilayah |
|
|
3 |
|
|
|
|
2 |
Dukungan Masyarakat & Opini Media |
|
2 |
|
|
|
|
|
3 |
Memiliki Basis Massa |
|
2 |
|
|
|
|
|
4 |
Memiliki Sayap Politik |
|
|
3 |
|
|
|
|
|
Jumlah Koefesien Ancaman |
|
|
|
|
|
11 |
Medium |
Hasil berbeda ditunjukan dari scoring skala ancaman yang ditimbulkan oleh Habieb Rizieq (skor 18) yang tergolong Tinggi karena penguasaan wilayah, dukungan masyarat, memiliki basis massa, dan memiliki sayap politik.
No |
Pengetahuan & Sumber Daya |
Skala 1 - 5 |
Jumlah |
Remark |
||||
|
HABIEB RIZIEQ |
1 |
2 |
3 |
4 |
5 |
|
|
1 |
Pengetahuan & Pengusaan Wilayah |
|
|
|
|
5 |
|
|
2 |
Dukungan Masyarakat & Opini Media |
|
|
|
4 |
|
|
|
3 |
Memiliki Basis Massa |
|
|
|
|
5 |
|
|
4 |
Memiliki Sayap Politik |
|
|
|
4 |
|
|
|
|
Jumlah Koefesien Ancaman |
|
|
|
|
|
18 |
Tinggi |
Kesimpulan
Dari data diatas, dapat disimpulkan bahwa Skala ancaman Benny Wenda kepada Pemerintah Jokowi, untuk Intention (Niat) dan Capability (kapasitas) berada pada level medium, sehingga keberadaannya perlu mendapatkan perhatian pemerintah, dengan menjaga circumstances atau Sikon. Kondisi ini agak sedikit berbeda dengan skala ancaman yang ditimbulkan oleh kembalinya Habib Rizieq Shihab (HRS) ke Indonesia, dimana skala ancaman untuk Capability berada pada level tinggi, meskipun Intension (Niat) Minimal. Dimana menjaga circumstances atau kondisi khusus yang berkaitan HRS menjadi salah satu titik kunci mewasdai skala ancaman, disamping mencarikan informasi terkait kerentanan dan kelemahan HRS dan FPI-nya (yang sejauh ini belum dapat terungkap melalui sumber terbuka),
Walau didukung oleh circumstances atau Sikon yang berdasarkan jumlah nilai skala koefisien ancaman berada dalam level tinggi atau high, selama Niat (Intension) ancaman tersebut berada pada level minimal, akan kecil berpotensi untuk direalisisasikan, kecuali jika skala intension sudah berubah pada level medium, yang berpotensi untuk dapat direalisasikan, karena didukung basis-basis massa, dukungan rakyat, dan sayap-sayap politik di dalam dan luar negeri yang bisa bergeliat cukup dinamis.
Tak Heran, Pemerintah agak lebih khawatir terhadap kekuatan ancaman yang dimiliki oleh Habieb Rizieq, karena jika pemerintah kurang berhasil dalam mengelola circumstances yang ada. Sebab jika hal ini tidak disikapi serius, kelak bisa akan menjadi “point of no return” yang dapat menimbulkan strategic surprises ke depan yang tidak diinginkan oleh pemerintahan Jokowi.