Minggu, 04 Apr 2021 - 16:25:00 WIB - Viewer : 3792

Menilik Strategi China Perluas Pengaruh Politik di Timur Tengah

Oleh : Zaki Shaikh*

AMPERA.CO, London - Kunjungan Menteri Luar Negeri China Wang Yi ke enam negara di Timur Tengah terjadi pada saat Amerika Serikat (AS) berusaha keras untuk mengeluarkan Beijing dari perdagangan teknologi di wilayah seberang Samudra Atlantik.

Waktu kunjungan Menlu China juga memiliki arti penting bagi permintaan Iran kepada Jerman, Prancis, Inggris, Rusia, dan China – soal Rencana Aksi Komprehensif Bersama (JCPOA) atau kesepakatan nuklir Iran - untuk mengusulkan insentif ekonomi alternatif untuk mengimbangi sanksi AS.

Beijing berharap bahwa upayanya di kawasan ini dan terutama keterlibatannya dengan Iran akan mendorong para penandatangan kesepakatan JCPOA untuk mencari ruang pencapaian jalan tengah untuk membawa pihak-pihak sekali lagi ke meja perundingan mengenai program nuklir Iran.

Dengan cara demikian, China ingin memperluas pengaruhnya di kancah internasional dengan memposisikan diri sebagai pihak pemecah masalah untuk menyelesaikan masalah yang terjebak di jalan buntu.

Ketika negara-negara lain melakukan pendekatan untuk memberikan tekanan militer pada Iran, Beijing mendorong keterlibatan Teheran secara diplomatis dan dengan demikian berkontribusi untuk meredakan ketegangan di wilayah tersebut.

Oleh karena itu, banyak negara senang melihat China memainkan peran yang lebih signifikan dalam urusan regional.

Jangkauan China di Timur Tengah terjadi saat kawasan tersebut mengeksplorasi jalur baru pembangunan dan pemerintahan. Negara itu mencoba untuk memajukan proses perdamaian Timur Tengah dan mempromosikan kerja sama di Teluk Persia.

Kementerian Perdagangan China mengatakan negara itu akan melakukan upaya untuk melindungi kesepakatan nuklir Iran dan mempertahankan kepentingan sah hubungan Sino-Iran.

Dari perspektif China, kawasan itu harus keluar dari bayang-bayang persaingan geopolitik kekuatan besar untuk secara mandiri menjalankan kebijakannya dan menolak tekanan dan campur tangan eksternal.

Negara ini juga ingin para pemain regional mengikuti pendekatan inklusif dan rekonsiliasi untuk membangun arsitektur keamanan yang mengakomodasi kepentingan sah semua pihak.

Kembalikan komitmen nuklir

Wang meminta AS untuk mengambil tindakan konkret untuk meringankan sanksi sepihak terhadap Iran dan berhenti mengejar yurisdiksi lengan panjangnya atas pihak ketiga.

Dia juga meminta Iran untuk kembali memenuhi komitmennya pada masalah nuklir. Wang menyarankan agar masyarakat internasional juga mendukung upaya negara-negara kawasan untuk menjadikan Timur Tengah sebagai zona bebas nuklir dan senjata pemusnah massal lainnya.

Lebih lanjut, kata dia, untuk pendekatan konsensual, semua pihak harus membahas dan merumuskan rute dan jadwal pelaksanaan JCPOA.

China memproyeksikan dirinya sebagai pembela, pembangun, dan kontributor yang gigih untuk tatanan internasional saat ini.

Kolaborasi apa pun di masa depan dalam menangani masalah seperti perubahan iklim dan masalah nuklir Iran menggarisbawahi peran penting China sebagai mediator. Karena Iran ingin AS kembali ke kesepakatan nuklir, China mungkin memainkan peran kunci dalam memfasilitasi negosiasi semacam itu.

Li Haidong, seorang profesor hubungan internasional di China Foreign Affairs University, mengatakan bahwa tidak ada aktor global besar lainnya yang dapat menghalangi partisipasi dan upaya koordinasi China.

Dia mengatakan bahwa China dapat mengambil peran perantara perdamaian dalam masalah nuklir Iran. 

Pengamat politik A Chizhevski mencatat bahwa perkembangan baru-baru ini dapat meningkatkan status Iran secara simbolis sebagai pangkalan militer bagi China dan Rusia sesekali untuk mengimbangi kehadiran AS di Teluk Persia.

Komando Pusat AS (USCENTCOM) hadir di wilayah tersebut melalui pangkalan di Kuwait, Qatar, dan Bahrain.

USCENTCOM memvisualisasikan skenario di mana pesawat bombardir, pesawat tempur, dan pesawat angkut China dan bahkan milik Rusia dapat memperoleh akses tidak terbatas ke pangkalan udara Iran.

Selama masa jabatan Donald Trump di Gedung Putih antara 2016-2020, Beijing tetap berhati-hati dalam melibatkan Iran. Tetapi tampaknya sikap yang diambil oleh pemerintahan Joe Biden telah mendorong China untuk melakukan penjangkauan yang lebih gigih di Timur Tengah dengan mengambil pendekatan yang lebih proaktif.

China telah mencoba untuk mengukir ruang geostrategis tambahan untuk memajukan kepentingan geo-ekonomi di dan sekitar Asia Barat.

Mitra strategis ideal Beijing

Analis Rusia Dmitry Belyakov berpendapat bahwa kegagalan Iran untuk menjalin kerja sama pertahanan yang lebih dalam dengan Rusia dan kerja sama ekonomi dengan India telah menjadikan Beijing sebagai mitra strategis ideal.

Teheran memandang bahwa ambisi India di kawasan itu kini telah menjadi terlalu berpusat pada AS.

Iran juga dapat melihat bahwa pelabuhan Chabahar akan menjadi pusat transit barang-barang China, yang membutuhkan perhatian prioritas untuk mengembangkan kapasitas transportasi dan logistiknya, menurut media Iran.

Setelah mengakui keunggulan ekonomi China yang tumbuh di kawasan ini, Teheran telah bercita-cita untuk menghadirkan teknologi, pengetahuan, dan investasi China yang sangat dibutuhkan untuk merehabilitasi industri yang menua dan membuka jalan baru untuk pertumbuhan di masa depan.

Menurut Saeed Khatibzadeh, juru bicara kementerian luar negeri Iran, dokumen kerja sama China-Iran merupakan peta jalan lengkap dengan klausul politik dan ekonomi strategis yang mencakup kerja sama perdagangan, ekonomi, dan transportasi dengan fokus khusus pada sektor swasta.

Fase perubahan haluan dalam hubungan ini terjadi setelah beberapa dekade keputusasaan yang dialami oleh negara dan rakyatnya karena sanksi selama beberapa dekade. 

Iran tetap memperhatikan potensi lokasi geostrategis mereka dan juga mengingatkan mereka tentang inisiatif yang diluncurkan beberapa dekade lalu, namun semuanya gagal.

Akhir-akhir ini, muncul perasaan yang berkembang di kalangan pejabat Iran dan terutama mereka yang bergerak di bidang logistik, komunikasi, dan pembangunan infrastruktur bahwa karena penundaan yang disebabkan oleh sikap enggan dan segan, Iran terus menerus kehilangan peluang pembangunan yang vital sementara negara-negara lain telah mengambil alih memimpin.

Mereka juga menunjukkan bahwa negara-negara tetangga telah terbukti jauh lebih cerdik dalam memanfaatkan peluang yang datang ke arah tersebut.

Membutuhkan perencanaan yang matang

Mehdi Samsar, seorang analis Iran, mengatakan bahwa deklarasi luhur yang menekankan lokasi aman dan geostrategis Iran saja tidak cukup untuk mempersiapkan dasar investasi yang cukup besar di dunia di mana semua negara berusaha untuk menarik investor.

Mendesak perencanaan yang cermat untuk memobilisasi semua moda yang mungkin untuk menarik investor, dia mengatakan bahwa pasar yang sangat kompetitif membutuhkan penandatanganan kontrak jangka panjang, memberikan jaminan untuk mendukung investor (baik dalam maupun luar negeri), memberikan izin khusus untuk sewa jangka panjang, atau pembelian dan pengadaan tanah oleh perusahaan asing, memfasilitasi pendapatan dan peluang perdagangan, yang memungkinkan tempat bagi investor asing dan karyawan perusahaan investor termasuk di antara hak-hak istimewa ini.

Setelah menandatangani perjanjian kemitraan ekonomi dan keamanan dengan Beijing, Iran telah mendapatkan dukungan dari kekuatan dunia dan sekarang bercita-cita untuk mengembangkan kapasitas untuk melawan sanksi AS.

China juga dapat membantu Iran mengembangkan kapasitas untuk mengatasi efek pandemi Covid-19.

Kunjungan tujuh hari Wang Yi ke Timur Tengah menawarkan pendekatan multi-arah yang mencakup tindakan sebagai faktor penenang untuk meredakan ketegangan regional dan mendesak negara-negara untuk mengejar aturan akomodatif.

Dia juga menyampaikan bahwa China dapat bertindak sebagai pembela tatanan global, mempromosikan keterlibatan konstruktif dengan negara seperti Iran dalam program nuklirnya, dan mengejar kemitraan pragmatis di Teluk Persia.

* Penulis adalah seorang analis yang tinggal di Inggris dan telah bekerja dengan universitas di tiga negara Asia Tengah.

Opini yang dikemukakan dalam artikel ini sepenuhnya milik penulis dan tidak mencerminkan kebijakan editorial Anadolu Agency.

ANADOLU / REPUBLIKA

    Simak Berita lainnya seputar topik artikel ini :

  • opini