Sabtu, 18 Mei 2024 - 08:53:00 WIB - Viewer : 1852
Peluang Digitalisasi Bagi Pelaku UMKM
AMPERA.CO, Surakarta - Pesatnya perkembangan teknologi dan akses internet, banyak mengubah gaya hidup manusia. Tak terkecuali dalam mengonsumsi produk. Berbagai opsi produk, kini sangat mudah kita temukan lewat media sosial (medsos).
Fenomena ini, wajib dilihat oleh pelaku Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) khususnya perajin untuk mengemas medsos yang dimiliki agar efektif meraup konsumen.
Isu ini dibahas mendalam di acara Bincang Dewan Kerajinan Nasional (Dekranas) 10 dalam rangka HUT ke-44 Dekranas di Pamedan Pura Mangkunegaran, Jumat (17/5/2024). Bincang Dekranas kali ini mengangkat tema, Best Practice Peningkatan Digitalisasi Usaha.
Pendiri Social Bread sekaligus content creator, Edho Zell, mengatakan banyak pelaku UMKM yang sudah sadar pentingnya medsos sebagai wadah promosi. Akan tetapi, belum mampu menggunakan medsosnya secara maksimal.
Dijelaskannya, kebanyakan para pelaku UMKM tidak memiliki waktu untuk mengemas medsos karena sibuk dengan proses produksi.
Hal itu, lanjut Edho merugikan pelaku UMKM.
Menurutnya, berdasarkan riset yang dilakukan sejumlah lembaga, 72 persen keputusan konsumen dipengaruhi dari sosial media.
"Jadi kalau dulu kita pakai bedak atau hair spray merek tertentu, karena orang tua kita yang pakai. Sekarang, pasti karena sosial media. Karena teman kita pakai di sosial medianya, atau Raffi Ahmad pernah pakai, Nagita pernah pakai, dan sebagainya. Kecuali kalau jualannya komoditas seperti beras, minyak, tetapi kalau yang mau bikin brand harus punya sosial media," ujarnya.
Meski demikian, Edho menyebut bahwa pelaku UMKM wajib tahu segmen pasar dari medsos yang akan digunakan. Edho mencontohkan, jika target marketnya adalah segmen menengah ke bawah, maka Tiktok lebih efektif. Sedangkan, untuk target market menengah ke atas lebih efektif menggunakan Instagram.
Pelaku UMKM juga perlu membuat tagline jika ingin brandnya cepat dikenal. Edho menyebut bahwa tagline paling efektif pada tahun 2024 adalah "problem solving" atau penyelesaian masalah.
"Kalau dari sisi campaign dan komunikasi kita harus bikin tagline yang problem solving sekarang ini. Jadi memang trennya berubah. Jadi perlu membuat produk yang menyelesaikan masalah mereka. Masalahnya tidak perlu besar, cukup yang sederhana. Misalnya, Kopi yang Sesuai Kantong. Itu sudah bisa menjadi tagline," pungkasnya.