Selasa, 05 Des 2023 - 13:11:00 WIB - Viewer : 3056

Teknologi: Pilar Peradaban Modern yang Membawa Tantangan dan Peluang

Penulis : Scristia

Teknologi, sebuah kata yang telah meresap ke dalam setiap aspek hidup kita, memiliki arti yang mendalam. Menurut ahli teknologi, Dr. Michael Dertouzos, teknologi tidak hanya mencakup perangkat keras dan perangkat lunak, tetapi juga melibatkan perubahan budaya dan sosial yang dihasilkan oleh inovasi. Dertouzos memandang teknologi sebagai pemersatu evolusi manusia dan alat yang dapat mengubah dunia dengan cara yang tak terduga.

Dampak Positif dan Negatif

Dalam era teknologi, kita disajikan dengan kemudahan hidup yang luar biasa dan konektivitas tanpa batas. Dari perangkat pintar hingga jaringan global, teknologi telah membawa dampak positif seperti kemudahan akses informasi, perubahan cara kita berkomunikasi, dan solusi inovatif untuk tantangan global. Seperti saat kalian membaca tulisan singkat saya ini dari Bandung dan dengan hitungan waktu yang singkat dapat sampai di mata para pembaca di Palembang dan dimanapun yang sedang membaca tulisan saat ini. Begitu halnya dalam pembelajaran matematika. Pembelajaran matematika terasa lebih mudah dipahami melalui bantuan berbagai aplikasi seperti bantuan aplikasi Geogebra atau Cabri 3D dalam mengajarkan Geometri sehingga para pendidik dengan mudah menunjukkan kepada peserta didiknya gambar-gambar bangun ruang tiga dimensi ataupun persamaan suatu kurva.

Namun, dampak negatifnya pun tak dapat diabaikan. Pertumbuhan teknologi cenderung meningkatkan ketidaksetaraan, menciptakan tantangan privasi, dan memberikan ruang bagi penyalahgunaan kekuatan. Penggunaan teknologi dalam pekerjaan juga menimbulkan kekhawatiran tentang penggantian pekerjaan manusia oleh otomatisasi.

Keluarga memiliki tanggung jawab sebagai agen sosialisasi pertama. Mereka harus menanamkan nilai dan norma positif kepada anak, membangun pondasi keimanan, dan mencegah kesombongan serta ketidaksadaran terhadap nilai-nilai spiritual dalam era modern yang canggih. Keluarga juga harus selektif dalam menentukan prioritas kebutuhan teknologi agar mengurangi konsumtifitas dan memastikan manfaat yang nyata.

Orang tua diharapkan untuk tetap update terhadap perkembangan teknologi agar tidak tertinggal dalam kemampuan teknologi. Kemampuan menggunakan smartphone, internet, dan media sosial saja tidaklah cukup, tetapi harus tahu makna dari apa yang sedang dilakukan dengan teknologi. Perlunya bimbingan dan pengawasan dari orang tua dalam penggunaan teknologi anak-anak, dengan cara membatasi tayangan yang masuk, mendampingi saat menonton, berusaha meletakkan komputer dan saluran internet di ruangang rumah yang dapat dipantau oleh keluarga dirumah seperti di ruang keluarga bukan di dalam kamar anak, dan melakukan pengecekan handphone anak kita. Keluarga juga disarankan untuk membuat kesepakatan tentang waktu bermain komputer dan internet. Sangat penting juga membangun interaksi dan komunikasi dalam keluarga dengan berkumpul, bermain, dan bercengkrama bersama anggota keluarga. Kesadaran tentang dampak negatif teknologi di masa depan juga harus ditanamkan kepada anak, memberikan kebebasan namun dengan tanggung jawab yang dapat dipertanggungjawabkan. Dengan implementasi peran-peran ini, diharapkan dampak negatif dari kemajuan teknologi dapat diminimalkan, dan kehidupan yang seimbang dapat terwujud.

Kognisi yang Diperluas

Diperkenalkannya gagasan extended cognition oleh Duncan Pritchard juga memunculkan konsep extended knowledge, yaitu pengetahuan yang diperoleh melalui proses kognitif yang melibatkan teknologi. Namun, Duncan Pritchard mengakui bahwa tidak semua penggunaan teknologi adalah kasus extended cognition. Pengaruh teknologi pada kognisi manusia semakin diperhatikan. Dengan meningkatnya kecerdasan buatan (AI), manusia dapat memperluas kemampuan kognitif mereka. Namun, perlu berhati-hati agar teknologi tidak menciptakan kesenjangan kognitif di masyarakat. Keterampilan kritis, kreativitas, dan etika tetap menjadi fondasi penting di tengah gelombang perubahan teknologi. Jika extended cognition dan extended knowledge adalah fenomena yang benar-benar ada, maka ketergantungan kita pada teknologi mungkin lebih baik dipandang sebagai jenis augmentasi dari kapasitas kognitif kita. Ini mengimplikasikan bahwa ketergantungan pada teknologi tidak merusak kapasitas kognitif kita, melainkan justru meningkatkannya.

Kebijakan Intelektual Terhadap Teknologi

Meskipun extended cognition dan extended knowledge adalah fenomena nyata, ketergantungan kita pada teknologi membuat kita menjadi bergantung secara epistemis pada teknologi. Bahkan jika penggunaan teknologi dapat dianggap sebagai perluasan kekuatan kognitif kita, kenyataannya kita menjadi tergantung pada teknologi secara epistemis. Jika teknologi hilang, kita juga kehilangan sebagian besar kekuatan kognitif kita yang bergantung pada teknologi tersebut. Dampak ketergantungan kita pada teknologi juga terhadap kapasitas kognitif kita, saat ini kita semakin mengandalkan teknologi, yang pada satu sisi memberikan akses kepada kita terhadap banyak informasi yang sebelumnya tidak tersedia. Namun, di sisi lain, kita kini bergantung pada teknologi untuk melakukan banyak tugas kognitif yang dulunya bisa kita lakukan sendiri. Pertanyaan yang muncul adalah apakah ketergantungan ini membuat kita menjadi lebih bodoh?.

Orang bijak akan hati-hati agar tidak terlalu bergantung pada teknologi dan akan memastikan bahwa beberapa keterampilan dan pengetahuan mendasar tetap ada dalam cara yang non-eksternal. Kebijaksanaan intelektual melibatkan keinginan untuk kebenaran. Jika kebijaksanaan intelektual sangat penting untuk kehidupan yang sejahtera, maka orang bijak akan berusaha untuk mengembangkan jenis sifat yang tidak bergantung pada teknologi dengan cara atau derajat yang sama. Saya berpendapat bahwa teknologi tidak hanya merinci masa depan, tetapi juga membentuk cara kita memahami dan berinteraksi dengan dunia saat ini. Dengan memahami kompleksitasnya, kita dapat mengelola dampaknya untuk menciptakan masyarakat yang cerdas, inklusif, dan inovatif. Pendidikan, kesadaran teknologi, dan kebijakan yang bijaksana adalah kunci untuk mengarungi lautan teknologi yang tak terbatas, memberikan kita kontrol atas arah evolusi teknologi dan memastikan bahwa kebijakan intelektual yang adil diterapkan untuk kebaikan bersama.

Mahasiswa S3 Pendidikan Matematika, Universitas Pendidikan Indonesia Dosen Pendidikan Matematika, FKIP Universitas Sriwijaya

    Simak Berita lainnya seputar topik artikel ini :