Selasa, 10 Okt 2023 - 16:13:00 WIB - Viewer : 4392

Tes Diagnostik di Awal Pembelajaran, Apa Manfaatnya??

Oleh: Safira Permata Dewi, M.Pd. dan Tim

IST

Implemantasi Kurikulum Merdeka (IKM) sudah tidak dapat dihindari lagi. Data dari Kemendikbud sampai dengan bulan Agustus 2023 menunjukkan bahwa sebanyak 70% sekolah di Indonesia telah melaksanakan Kurikulum Merdeka untuk semua jenjang pendidikan melalui berbagai macam program, antara lain Program Sekolah Penggerak, SMK Pusat Kebugaran, dan Jalur Mandiri. Kurikulum Merdeka diharapakan menjadi jawaban dari masalah yang dihadapi oleh sekolah yang disebabkan oleh Learning Loss akibat masa Pandemi Covid-19 yang kita hadapi pada tahun 2020. Kurikulum Merdeka ini dinilai dapat menjadi alternatif untuk melaksanakan pembelajaran yang lebih fleksibel dalam berbagai macam situasi. Hal ini disiasati dengan memberikan materi yang sederhana, esensial, fleksibel, kontekstual dan relevan dengan kebutuhan siswa di masyarakat.

Salah satu prinsip implementasi kurikulum merdeka adalah pembelajaran berdiferensiasi yang perlu diaplikasikan dalam proses pembelajaran. Pembelajaran berdiferensiasi ini pada intinya mengakui berbedaan dan keunikan yang dimiliki oleh siswa, tidak hanya gaya belajar siswa, tetapi juga kemampuan awal siswa. Oleh karena itu, pada implementasi kurikulum merdeka membutuhkan asesmen tambahan diawal pembelajaran untuk mengeksplorasi pemahaman awal siswa baik secara kognitif maupun non-kognitif. Tes diagnostik diawal pembelajaran ini akan memberikan dampak yang nyata bagi guru dalam mempersiapkan dan merancang proses pembelajaran sesuai dengan gaya belajar dan kemampuan awal kognitif siswa.

Eksplorasi kemampuan awal kognitif dan non-kognitif siswa di awal pembelajaran dapat dimanfaatkan guru untuk menentukan pengalaman belajar yang sesuai dengan gaya belajar dan pelaksanaan pembelajaran yang berkaitan dengan strategi, pendekatan, model pembelajaran, metode pembelajaran, bahkan sampai dengan pembuatan bahan ajar. Oleh karena itu, tes diagnostik kognitif baiknya dilakukan seminggu sebelum pembelajaran dan non-kognitif dilakukan diawal tahun ajaran. Untuk tes diagnostik non-kognitif harus melibatkan konselor agar penilaian lebih tepat sasaran dan data yang didapatkan dapat dimanfaatkan oleh guru.

Strategi, pendekatan, model, mdetode pembelajaran biasanya di arahkan oleh kurikulum yang berlaku dan tercantum dalam standar isi, akan tetapi bahan ajar harus dikembangkan sendiri oleh guru. Disinilah peranan tes diagnostik. Pada pengembangan bahan ajar yang dikembangkan oleh guru dari hasil analisis kemampuan awal siswa, dapat guru dapat menekankan poin-poin yang terdeteksi banyak ditemukan miskonsepsi atau konsep-konsep yang masih kurang dapat dipahami siswa. untuk konsep yang telah dideteksi mampu dipahami oleh siswa dapat diberikan sekilas tanpa menghilangkan esensi dari penyampaian konsep secara menyeluruh. Dengan demikian, proses pembelajaran yang dilakukan memang benar-benar dilaksanakan sesuai dengan kebutuhan siswa dan meluruskan kejadian miskonsepsi yang dimiliki oleh siswa dari jenjang pendidikan yang sebelumnya atau pengetahuan yang didapatkannya dari lingkunga sekitar. Harapan yang ingin dicapai adalah miskonsepsi ini tidak dilanjutkan atau diwariskan kepada orang lain yang berada disekitar siswa.

Eksplorasi pengetahuan awal siswa yang dilakukan dengan menggunakan tes diagnostik diawal pembelajaran dapat dilakukan dengan menggunakan berbagai cara, antara lain gambar, peta konsep, wawancara mendalam, atau dengan menggunakan soal. Penggunaan soal untuk mengungkap pengetahuan awal siswa dapat dilakukan dengan menggunakan soal uraian biasa, atau soal uraian beralasan atau dengan menggunakan soal pilihan ganda biasa maupun soal pilihan ganda bertingkat. Berbagai macam bentuk instrumen ini memiliki kekurangan dan kelebihannya masing-masing sesuai dengan kebutuhan yang diinginkan. Pengembangan soal diagnostik diawal pembelajaran ini juga tidak dapat dilakukan asal-asalan, tetapi harus melalui berbagai macam tahapan sampai mendapatkan instrumen yang valid dan reliabel atau minimal sesuai dengan konsep yang ingin disampaikan. Oleh karena itu, Program Studi Pendidikan Biologi melaksanakan Kegiatan Pengabdian Kepada Masyarakat untuk Guru IPA SMP Kabupaten OKU Selatan.

Narasumber memberikan materi tentang berbagai instrumen yang dapat digunakan untuk mendiagnosis kemampuan awal siswa di awal pembelajaran

Kegiatan Pengabdian Kepada Masyarakat bagi Guru IPA SMP di Kabupaten OKU Selatan dilaksanakan pada tanggal 3-4 September 2023 bertempat di SD Negeri 1 Ranau. Kegiatan ini merupakan kegiatan Pengabdian Kepada Masyarakat yang bekerjasama dengan Kelompok Musyawarah guru Mata Pelajaran IPA di OKU Selatan. Kegiatan ini diharapkan agar guru yang terlibat dalam kegiatan ini mampu mengembangkan tes diagnostiknya sendiri untuk mendukung keberhasilan dari Implementasi Kurikulum Merdeka. Pada kegiatan ini, narasumber juga mengeksplorasi pemahaman konsep yang dimiliki oleh guru dengan memberikan tes diagnostik. Selain itu narasumber juga menjelaskan tahapan pengembangan instrumen tes diagnostik yang diawali dengan melakukan analisis pada buku teks (bukan buku ajar), menganalisis hasil penelitian terdahulu, sampai dengan membuat instrumen soal.

Transfer ilmu yang dilaksanakan dalam bentuk kegiatan Pengabdian Kepada Masyarakat ini menyadarkan peserta bahwa masih banyak miskonsepsi yang bahkan dimiliki oleh guru yang mengajar dan kemungkinan miskonsepsi tersebut di”waris”kan kepada siswa melalui proses pembelajaran dikelas. selain itu, guru mulai menyadari betapa pentingnya kajian pada konsep yang akan diajarkan dari buku teks bukan berasal dari buku ajar yang dipasarkan bebas di masyarakat agar terhindar dari konsep-konsep yang tidak sesuai dengan konsep yang sebenarnya. Menyadari hal yang demikian, sudah sepatutnya tes diagnostik di awal pembelajaran dilakukan bukan?

* Penulis adalah Dosen Program Studi Pendidikan Biologi FKIP Universitas Sriwijaya

Artikel ini merupakan luaran dari Pengabdian Kepada Masyarakat yang didanai oleh PNBP Universitas Sriwijaya dengan Tahun 2023.