Kamis, 03 Agu 2017 - 23:29:00 WIB - Viewer : 8320
Tuntut Penurunan UKT, Aksi Mahasiswa Unsri berujung ricuh
AMPERA.CO, Indralaya - Aksi unjuk rasa ratusan mahasiswa Universitas Sriwijaya, Indralaya, Ogan Ilir, terkait Uang Kuliah Tunggal, kamis (3/8) berujung ricuh sehingga mengakibatkan kaca pintu di sisi kiri gedung utama Rektorat pecah.
Sejumlah mahasiswa peserta aksi yang dianggap bertanggung jawab memecahkan kaca pintu diamankan polisi dan pihak keamanan Rektorat Universitas Sriwijaya (Unsri).
Rekan mahasiswa yang ditangkap berusaha membebaskan teman-temannya, namun polisi tetap membawa mereka ke sebuah ruangan di kampus.
"Saling dorong dari dalam dan luar, mengakibatkan kaca pintu jadi pecah," kata Iin salah satu keamanan Rektorat.
Ada empat tuntutan mahasiswa kepada Rektor Universitas Sriwijaya dalam aksi ini yaitu, penurunan uang kuliah tunggal (UKT) mahasiswa semester sembilan, penurunan UKT mahasiswa bidik misi, transparansi pengelolaan UKT dan pencabutan pelaporan polisi terhadap tiga mahasiswa serta pengaktifan kembali akun akademik mereka.
Wakil Presiden Mahasiswa Unsri, Bayu Apriliawan mengatakan, jika tuntutan mahasiswa itu tidak dipenuhi rektor Unsri, maka mereka akan melakukan aksi lagi dengan massa yang lebih besar.
“Kami akan terus memperjuangkan tuntutan ini. Jika tuntutan in tidak dipenuhi, maka akan ada tuntutan massa lebih besar,” katanya.
Sementara itu, Pembantu IV Rektor Unsri, Ahmad Muslim mengatakan, setelah dilakukan dialog, tuntutan mahasiswa soal uang kuliah tunggal akan dipenuhi. Namun kebijakan penurunan UKT hanya untuk mahasiswa dari program bidik misi. Itupun harus sesuai prosedur yang berlaku.
“Dari empat poin yang dituntut, dan kita sudah sepakat untuk poin ukt bidik misi dan sudah disetujui pihak rektor kita bisa turunkan sampai ke UKT terendah atau UKT nomor 1 dengan mengajukan surat permohonan sesuai prosedur yang berlaku,” katanya.
Aksi mahasiwa ini sendiri sudah berlagsung beberapa hari. Kabar terkakhir tiga mahasiswa dilaporkan Rektor Unsri Anis Saggaff ke polisi dengan tuduhan melakukan pencemaran nama baik.
Pihak Rektorat juga sempat membuka diskusi tertutup dengan sejumlah perwakilan mahasiswa, namun karena tidak mencapai titik temu para mahasiswa mengancam masih akan bertahan di gedung Rektorat hingga malam.