Sabtu, 28 Mar 2015 - 10:58:38 WIB - Viewer : 19612

AMPERA, Sejarah dan Keistimewaannya

Feri Yuliansyah

Ilustrasi, sumber : google.com

AMPERA.CO, Palembang - Kalo ditanya, tempat apa yang anda ingin kunjungi ketika pertama kali datang ke palembang? Ya, Jembatan Ampera tentunya menjadi prioritas bagi anda. Rasanya belum ke palembang kalo tidak melihat atau berphoto dengan background Jembatan Ampera. Namun, tahukah anda sejarah jembatan ampera?

Jembatan kebanggaan masyarakat Palembang mulai dibangun pada tahun 1962, sebagai hadiah dari Bung Karno bagi masyarakat Palembang yang dananya diambil dari dana rampasan perang Jepang (juga untuk membangun Monas, Jakarta). Bukan hanya biaya pembangunannya dari jepang, tenaga ahli puembangunannya pun dari jepang.

Peresmian pemakaian jembatan ampera dilakukan oleh Letjend. Ahmad Yani pada tahun 1965, tepatnya pada tanggal 30 september 1965, (Letjend. Ahmad Yani pulang ke Jakarta pada sore hari 30 sept 1965, dan subuh 1 oktober 1965 menjadi korban G.30S. PKI), sekaligus mengukuhkan nama Bung Karno sebagai nama jembatan. Akan tetapi, setelah terjadi pergolakan politik di tahun 1966 dimana gerakan anti-soekarno begitu kuat, maka nama jembatan itu pun diubah menjadi Jembatan Ampera. Namun masyarakat palembang lebih suka menyebut jembatan ini dengan nama ”Proyek Musi”.

So, Jangan heran jika anda berkunjung ke jembatan ampera, masih banyak masyarakat yang menyebut jembatan ini dengan nama ”Proyek”, terutama dikawasan 16 ilir atau 7 ulu, yang untuk menunjukan tempat ini, masyarakat masih menyebutnya ”dibawah Proyek”. Maksudnya dibawah jembatan ampera.

Ketika baru selesai dibangun, bagian tengah jembatan ini dapat diangkat dengan kecepatan sekitar 10 meter per menit, diantara dua menara pengangkatnya yang berdiri tegak setinggi 63 meter, dan jarak antara dua menara sekitar 75 meter, dengan menggunakan dua bandul pemberat yang dipasang pada dua menara, dengan masing-masing berat sekitar 500 ton. sehingga kapal dengan ukuran lebar 60 meter dan tinggi maksimum 44,5 meter bisa lewat mengarungi sungai musi dengan lancar.

Sejak tahun 1970, bandul untuk menaik-turunkan bagian tengah jembatan ampera sudah tidak diaktifkan lagi, dengan pertimbangan waktu yang digunakan untuk mengangkat jembatan ini, sekitar 30 menit, dapat mengganggu arus lalu lintas antara seberang ulu dan seberang ilir, dua wilayah dikota palembang yang dipisahkan oleh sungai musi. Pertimbangan lain, karena sudah tidak ada lagi kapal besar yang bisa berlayar di sungai musi, karena pendangkalan sungai musi yang semakin parah.

dari berbagai sumber