Sabtu, 02 Mei 2015 - 16:17:22 WIB - Viewer : 50496
Harga Karet Naik, ini kata Gapkindo Sumsel
AMPERA.CO, Palembang - Dua pekan terakhir, terjadi kenaikan harga komoditas karet dibanding awal april lalu. Namun menurut Ketua Umum Gabungan Pengusaha Karet Indonesia (Gapkindo) Sumatera Selatan, Alex Kurniawan Edy, Kenaikan Harga tersebut hanya bersifat sementara.
"Penguatan harga karet yang terjadi sejak dua pekan terakhir bersifat sementara karena sejatinya produk ini masih banjir di pasaran internasional" kata Alex K Edy di Palembang, Sabtu (2/5).
Harga karet ekspor saat ini, lanjut Alex, hanya sekitar 1,43 dolar AS per kilogram atau naik lima poin jika dibandingkan awal April lalu.
"Dari sisi harga, kenaikan ini belum signifikan dan kemungkinan besar hanya sementara," kata Alex.
Ia menjelaskan, pergerakan ini hanya dipengaruhi oleh berkurangnya stok karet di Tiongkok sebagai negara pengimpor karet terbesar di dunia.
Sementara, kebutuhan Tiongkok itu dipastikan akan terpenuhi dalam beberapa pekan ke depan oleh negara-negara pengekspor karet yang tergolong pemain lama, yakni Thailand, Indonesia, Malaysia.
"Saat ini karet masih banjir di pasaran, apalagi sejak beberapa tahun terakhir muncul negara baru pengekspor karet yakni Laos, Vietnam, Myanmar, dan Kamboja," kata dia.
Meski memprediksi penguatan harga ini bersifat sementara, namun Alex mengataka kenaikan ini cukup memberikan angin segar bagi petani karena menjadi harga terbaik sejak awal tahun yang hanya berkisar di angka 1,2 hingga 1,3 dolar AS per kg.
"Harga karet seharusnya minimal kisaran 1,7 dolar AS per kg, itu pun baru batas ganti modal, selagi dibawah angka itu maka petani masih merugi," kata dia.
Untuk itu, Gapkindo mendorong pemerintah untuk mengintervensi sektor perkebunan karet ini dengan membuat strategi khusus mengingat kesejahteraan petani terus merosot sejak pertengahan tahun lalu.
Dalam beberapa kali pertemuan dengan Menteri Pedagangan dan Menteri Perindustrian, Gakindo telah menyampaikan keinginan menggarap pasar dalam negeri dengan hilirasasi getah karet.
"Suplai ke pasar ekspor harus dikurangi karena situasi perekonomian dunia sedang krisis terutama di negara pengimpor karet, harga minyak dunia juga masih rendah, belum lagi ada negara baru pengekspor karet. Ini jelas bukan ranah Gapkindo lagi, tapi pemerintah yang harus mengintervensinya seperti memberikan pasar dalam negeri," kata dia.
Menurutnya, respon potisitif diberikan pemerintah seiring dengan keberpihakan pada sektor infrastruktur sehingga sejumlah bahan baku berbahan karet dapat di serap di dalam negeri, seperti pembuatan aspal, dok kapal, sistem antigempa gedung dan rel kereta api yang menggunakan bantalan karet, dan bahan untuk pintu air irigasi.
"Selama ini, pasar dalam negeri hanya menyerap 450 ribu ton getah karet, sedangkan ekspor Indonesia mencapai 3 juta ton. Target Gapkindo pada akan ada penyerapan hingga 600 ribu ton hingga akhir tahun," kata dia.
Selain meminta pasar dalam negeri, Gapkindo juga mengharapkan pemerintah aktif dalam merangkul negara-negara penghasil karet untuk menjaga kesimbangan pasokan dunia.
"Itu dari sisi pemerintah, sementara Gapkindo sendiri saat ini sedang gencar menganjurkan kepada petani menjual getah karet langsung ke pabrik atau tanpa perantara (tengkulak) karena selama ini tengkulak yang sering memainkan harga," ujar dia.
Sementara itu, harga karet di tingkat petani berkisar Rp17.000 per kg untuk karet kering 100 persen, sedangkan jika kadar keringnya tidak mencapai 100 persen mencapai Rp5.000-Rp8.000 per kg.
Pada tahun 2011 lalu, harga karet harga karet sempat melambung dengan mencapai 5 dolar AS per kg seiring dengan tingginya pertumbuhan ekonomi di Tiongkok yang menembus angka 9,2.
(editor : Feri, sumber : antara)