Rabu, 08 Feb 2017 - 13:25:00 WIB - Viewer : 4592
Pengamat : Kontestasi Pilkada Tak Cukup Hanya Andalkan Popularitas
AMPERA.CO, PALEMBANG - Seorang pemimpin Ibu Kota Sumatera Selatan 2018 mendatang, idealnya tak hanya memiliki kemampuan memimpin, tetapi juga memiliki integritas dan kewibawaan serta ketegasan. Maka itu, seorang calon idealnya tidak hanya mengandalkan popularitas dan elektabilitas. Hal itu dikatakan oleh, Pemerhati Sosial IKA FISIP Universitas Negeri Sriwijaya (Unsri), Bagindo Togar Butar Butar, Rabu (8/2).
Menurutnya, ada beberapa hal yang wajib dipertimbangkan sesorang untuk maju dalam kontestasi Pilkada Palembang 2018 mendatang. Banyaknya calon bermunculan, tentu akan menjadi tantangan bagi setiap calon yang ingin bertarung dalam pemilihan Walikota dan Wakil Walikota nanti.
"Popularitas tinggi tidak cukup untuk memenangkan percaturan nanti. Memahami karakteristik masyarakat dan geografis kota, memahami progresivitas kota ini dalam beragam era Pemerintahan, mampu mengidentifikasi secara sistematis permasalahan pembangunan kota, menguasai beragam potensi, peluang serta tantangan kota secara menyeluruh,"katanya.
Lebih dari itu, Kata Bagindo, setiap calon harus mampu mengakomodir aspirasi atau tuntutan warga atas skala prioritas Pembangunan, teruji dalam memotivasi para pegawai serta masyarakat untuk berpartisipasi dalam proses pelaksanaan pembangunan.
"Calon pemimpin juga jangan anti kritik. Baik itu dari masyarakat maupun dari stake holder kota,"ujarnya.
Menurutnya, Palembang hari ini, butuh figur-figur siap diadu flatform visi juga serta keterampilan dalam mereprensitasikan dan mengesekusi ide-ide yg memberi manfaat secara kolektif.
Tapi, diluar expetasi itu, ternyata banyak figur yg berminat atau berjuang agar bisa masuk bursa calon Walikota Palembang. Artinya Palembang tidak krisis sumber kepemimpinan.
Saat ini para bakal calon Wako atau wawako mencoba beragam akses atau aktifitas sosial politik yang bermuara pada apakah lolos melalui Jalur Indepeden atau berharap di pinang oleh Partai politik bila punya elaktibitas yang kuat.
"Sah-sah saja, ketika para figur yg ada berkompetisi untuk memperoleh simpati publik, akan tetapi publik kota ini, dinamika dan karateristiknya terus berkembang, berarti para calon Wako atau wawako dituntut untuk jeli dan serius mengamatinya, publik mulai peka dan cerdas menggeluti makna dan tujuan kontestasi demokrasi yang sering memanfaatkan keberadaan pilihan rakyat. Misalinya mengandalkan polotik uang dan sudah mulai diacuhkan rakyat,"pungkasnya.